“Shiro ...!!! Bangun !!” Kata ibu menggedor-gedor pintu kamarku. Aku langsung duduk dengan mata yang masih terkatup. “Iya Bu ...” entah mengapa hari ini aku terlambat bangun. Dengan beratnya kubuka mataku. Kulihat jam weker ku dengan rasa kesal. “Pantesan ... gak bunyi-bunyi dari tadi!!” Kataku mendapati bahwa baterai nya telah habis. Aku langsung mandi. Dalam pikiranku Hari ini aku benar-benar beruntung, Untung saja hari ini sedang libur sekolah.
Kuambil handphone ku dan kutekan nomor Miyaki. Sudah beberapa kali panggilan keluar untuk Miyaki, Tapi dia tidak menjawab. Kucoba lagi dan akhirnya dia mengangkat dengan suara serak. Aku yakin dia baru terbangun dari tidurnya.
“Bangun !!!” Kataku meneriaki nya
“Hoammmm, Ya aku sudah bangun ni”
“Kau ini benar-benar ya, Lihat sudah 20 kali aku menelfon mu!!”
“Masa sih? Hhe maaf ya. Aku benar-benar ngantuk sekali.”
“ini sudah jam 9, Tuan Putri”
“Benarkah?” Katanya kaget
“Apa kau masih ingat janji kita?”
“Janji apa?”
“Hari ini kita akan piknik”
“Oiya !!! aku lupa , maaf ... hhe”
“Ya sudah kau mandi dulu sana, Bau mu sampai sini tau”
“hhe iya deh”
“hha dasar kau ini”
Kututup telpon dan bersiap-siap ingin pergi ke taman sakura. Taman Sakura adalah taman terindah yang ada di Tokyo,Jepang. Aku sudah menyiapkan bekal dan juga beberapa persiapan lain nya. Saatnya aku ke rumah Miyaki
Rumah Miyaki berwarna krem dengan pagar cat hitam. Bunga-bunga di perkarangan rumahnya pun indah. Ibu Miyaki suka merawat tanaman , Dia menghias rumahnya dengan bunga-bunga. Sungguh indah. Aku berjalan menuju pagarnya dan memencet bel.
“Shiro, kau sudah datang”
“Hehehe, Kau sudah siap?”
“Tentu” Katanya sambil menggandeng tanganku
“Kalau begitu Let’s Go”
Ini dia taman sakura, Indah sekali. Bunga berwarna pink berjatuhan di terpa angin. Kami bersenang-senang dan tertawa bersama. Banyak orang yang datang ke tempat ini untuk menikmati keindahan nya. Anak-anak kecil berlari riang dengan layang-layang di tangan nya. Ada juga yang berpacaran di bawah rindangnya pohon sakura. Setelah kami piknik, Kami membeli sebuah kalung berbentuk hati. Kalung itu terbelah terbagi 2. Aku memakainya dan Miyaki memakai satunya lagi. Kalung itu jika didekatkan dengan yang satunya lagi akan menempel dan membentuk hati yang sempurna.
“Wow , indah sekali ya” Kataku menganggumi kalung tersebut
“Iya indah sekali”
“Kita tak boleh menghilangkan nya ya?”
“Benar! ini adalah lambang persahabatan kita”
“Betul sekali, Kita tak akan pernah berpisah”
“hahahaha Kamu adalah sahabatku selamanya” Kata Miyaki tersenyum
Tak terasa hari sudah malam. Kami harus segera pulang ke rumah masing-masing. Kami telah menghabiskan waktu bersama.
Setelah sampai di rumah, Aku langsung menjatuhkan diriku di kasur. Kuamati kalung itu baik-baik. Kalung itu berwarna silver. Kalung itu bersinar kemilau akibat cahaya lampu. Indah sekali. Jam sudah menunjukkan angka 9. Kumatikan lampu kamarku dan tertidur lelap sambil memegang kalung yang tergantung di leherku.
Dering jam weker membangunkan ku dari tidur. Aku langsung bersigap mandi dan bersiap-siap. Selesai sarapan aku langsung berlari ke arah orang tuaku dan mencium pipi mereka.
“Ayah dan Ibu aku berangkat dulu ke sekolah”
“Hati-hati ya”
----------
Hari ini entah mengapa hatiku terasa tidak enak. Jantungku berdetak dengan kencangnya. Aku berjalan menuju sekolahku dengan tergesa-gesa.
“Halo Miyaki”
“Selamat Pagi shiro”
“Kok mukamu pucat gitu sih”
“Masa sih? Nggak pucat kok”
“Kamu sakit ya?”
“Nggak kok”
“Bener nih?”
“Iya”
Muka Miyaki benar-benar sangat pucat.Aku sangat khawatir.Tapi dia masih sangat ceria. Mungkin ini hanya perasaan ku saja. Bel istirahat berbunyi dengan kencangnya. Aku dan Miyaki pergi ke kantin bersama.
“Miyaki , Hari ini ada festival kembang api kan?”
“Benar! Apa kamu mau pergi bersama?”
“Baiklah, nanti kita akan pergi bersama-sama”
“Wah aku sudah tak sabar lagi melihat kembang api” Kata Miyaki dengan ceria
“Hahaha, aku juga”
“Aku ingin melihat kembang api itu bersama mu lagi untuk terakhir kalinya”
“Eh, kok ngomong gitu?”
“Ah! Sudah lupakan saja. Aku lapar jadinya bicara yang aneh-aneh”
“Hahaha, kamu ini. Aku tadi sempat merasa takut tau dengan ucapanmu tadi”
Bel pulang sudah berbunyi. Kami pulang ke rumah masing-masing. Jam telah menunjukkan pukul 06:30 malam. Aku sudah bersiap dengan yukata kesayangan ku. Handphone berdering dengan lagu rekaman ku bersama Miyaki menyanyikan lagu Forever best friend.
“Halo Miyaki”
“Shiro aku sedang menuju ke rumahmu, Apa kau sudah siap?”
“Tentu saja, My Best friend”
“Hahaha”
Miyaki sudah berdiri di depan rumahku dengan yukata yang sangat indah. Dia memakai yukata berwarna pink sama denganku. Kita membeli sepasang yukata itu bersama-sama dulu.
“Wah Miyaki kau cantik sekali”
“Kau juga masih sama seperti dulu”
“Ayo kita berangkat”
“Ayo” Katanya menggandeng tanganku
“Badanmu kok panas?”
“Ah sudah tidak apa-apa”
“Badanmu panas sekali”
“Ayolah kita pergi aku sudah tidak sabar melihat kembang api bersama mu. Tenang saja aku tidak apa-apa” Katanya menarik tanganku sambil tersenyum
“Benarkah? Baiklah”
Festival kembang api memang selalu ramai. Kami susah sekali mencari tempat duduk. Festival kembang api kali ini diadakan di pantai. Indah sekali. Desiran ombak pantai menemani malam festival.
“Masih belum mulai” Kataku sambil melihat jam
“Benar”
“Ah tunggu disini”
“Kau mau kemana?”
“Tunggu saja ya”
Aku mencari permainan tembakan panah. Aku ingin memberikan sebuah cincin untuk Miyaki. Tapi untuk itu aku harus tepat memanah tepat ditengah.Untung saja aku cukup jago hehehe.
“Ya mulai”
Aku menarik panahku dan mengeker tepat di tengah, Lalu aku melepaskan nya dan tepat.
“Terima kasih paman” Kataku mengambil hadiah cincin tersebut
Aku kembali ke tempat di mana Miyaki berada. Sisa 2 menit lagi kembang api akan dimulai. Aku sudah tak sabar.
“Aku tidak lama kan?”
“Hahaha iya”
“Sebentar lagi kembang api akan dimulai”
Byarr!! Byaarrr!! Suara kembang api memecahkan suasana. Kembang api di langit itu berwarna-warni. Indah sekali.
“Miyaki”
“Ada apa?”
“Ini cincin untukmu” Aku memakaikan cincin itu ditangan nya
“Wow indah sekali terima kasih. Aku juga punya satu untukmu”
“Benarkah?”
“Terima Kasih”
“Apakah ini untuk terakhir kalinya ya?”
“Eh? Kenapa kamu bicara begitu”
“Aku bicara aneh lagi ya”
“Kau ini bikin aku takut saja”
“Maaf kan aku, Aku hanya mengingat tahun lalu juga kita melihat kembang api ini bersama-sama”
“Memang akan selalu begitu. Tahun depan, Tahun depan nya lagi Kita akan melihatnya bersama-sama lagi.”
“Shiro ...” Katanya menangis
“Kenapa kau menangis?”
“Kau benar-benar sahabat ku yang paling baik”
“Kau juga” Kataku menghapus air matanya
Malam itu kita melihat kembang api itu bersama-sama. Hanya ada suara kembang api dan desiran ombak pantai yang kami mendengar. Kami berdua tersenyum melihat kembang api yang begitu indah.
“Hari ini aku benar-benar senang” Kata Miyaki
“Aku juga”
“Terima kasih ya untuk hari ini” Kata Miyaki
Setelah mengucapkan kata tersebut Miyaki pingsan. Aku kaget sekali. Aku menggendong Miyaki ke rumahnya. Tapi menggendong orang dengan yukata seperti ini memang bukanlah hal yang mudah. Aku langsung merobek yukata ku dan berlari ke rumah Miyaki.
“Tante!! Miyaki pingsan!!”
“Miyaki!!” Kata Ibunya histeris
“Aku akan membawanya ke kamarnya” Kata Ayah Miyaki
Aku berlari mengikutinya. Perasaan sedih dan takut masuk ke dalam diriku. Aku bingung kenapa ini bisa terjadi
“Terima Kasih ya Shiro”
“Iya Tante, Tapi ada apa dengan Miyaki?”
Ibu Miyaki menangis dan terlihat jelas di mukanya ada yang sesuatu yang mereka sembunyikan dariku.
“Miyaki mengidap penyakit leukimia”
“Apa?” Kataku kaget
Aku langsung jatuh berlutut dan menangis. Aku tak tahu mengapa semua ini bisa terjadi.
“Miyaki kenapa kau menyembunyikan semua itu dariku?” Kataku terisak
“Miyaki tak ingin membuatmu sedih, Miyaki menyuruh Paman dan Tante untuk menyembunyikan keadaan nya”
“Aku yang salah mestinya tadi aku tidak menuruti kata-katanya untuk melihat festival bersama-sama, Kenapa dia harus memaksakan dirinya?”
“Kata dokter hidup Miyaki tidak akan bertahan lama lagi, Dia ingin menghabiskan waktunya bersama denganmu” Kata Ibu Miyaki terisak
Aku ingin sekali menghibur Ibu Miyaki, Tapi rasanya aku tak bisa. Aku tak bisa menghibur orang lain, sedangkan diriku saja aku tak bisa menghiburnya. Aku pulang dengan jalan terhuyung-huyung. Aku mengingat dimana aku dan Miyaki selalu bersama. Pada saat aku sendiri, dia datang menemaniku. Pada saat aku menangis, dia yang selalu menghiburku, Bahkan pada saat dimana semua orang tidak mau berteman denganku. Hanya dia satu-satunya orang yang mau menjadi temanku.
Aku langsung masuk ke kamarku dan menangis dalam keheningan. Yang bisa kudengar saat ini hanyalah suara isak tangisku. Banyak kenangan yang aku lalui bersama dengan nya. Aku berusaha menghapus air mataku. Aku tidak boleh menangis. Aku ingin menemani dia di saat terakhirnya. Aku akan berusaha membahagiakan nya di saat terakhirnya.
Aku sama sekali tak bisa tidur, Aku mandi dan langsung pergi ke sebuah toko. Walaupun dengan hati yang masih terasa sakit untuk menerima semua kenyataan ini, Aku akan membahagiakan nya. Jalan menuju rumah Miyaki terasa sangat jauh.
Kutekan nomor Miyaki dan menelfon nya. Kuharap ia baik-baik saja hari ini. Aku berdiri di depan rumahnya tepat di depan jendelanya
“Shiro...” Katanya dengan suara lemah
“Lihat keluar jendela mu, Tuan Putri”
Tepat pada saat seseorang yang masih pucat membuka jendela untuk melihat ke bawah. Aku langsung menerbangkan sebuah balon yang sudah kuikat dengan sebuah poster bertuliskan “Cepat sembuh, teman terbaik ku”. Aku juga menyalakan sebuah kembang api dan sebuah lagu Forever Best friend. Balon itu terbang dengan iringan kembang api berwarna-warni dan alunan lagu Forever Best Friend
“Shiro ...” Katanya menangis terharu
“Cepat sembuh ya !!” Kataku teriak
Aku ingin menangis. Tapi aku berusaha agar aku tidak menangis karena aku sudah berjanji akan membahagiakan nya. Aku masuk ke dalam kamarnya, Dia langsung memeluk ku.
“Shiro ....” Katanya masih terlihat pucat
“Kau ini, lain kali kau tidak boleh menyembunyikan sesuatu dariku ya”
“Iya ..”
“Kalau begitu hari ini kita akan bersenang-senang”
“Baiklah”
“Tapi aku mau minta maaf”
“Kenapa kamu mau minta maaf?”
“Aku telah merusak yukata ku yang kita beli bersama dulu”
“Aku yang mestinya minta maaf, Pasti kau merobeknya pada saat kau membawa ku ke rumah ya?”
“ ya, hehehe. Lihat ini ada sesuatu untukmu” Aku menyodorkan sebuah kado untuknya
“Apa ini” Katanya sambil membuka
Aku memberikan sebuah bola kaca. Di dalam bola kaca tersebut ada 2 orang yang sedang tertawa bersama sambil menikmati indahnya sakura. Mereka berpegangan tangan, sama seperti aku dan Miyaki waktu itu. Di dalam bola kaca itu dapat berputar diiringi alunan lagu Forever Best Friend
“Indah sekali, terima kasih ya. Bolehkah aku menaruhnya nanti di batu nisanku?”
“Tentu saja” Kataku gugup
“Kau adalah temanku selama-lamanya”
“Dan kau juga dalah temanku yang paling baik”
“Terima kasih ya untuk hari-hari bersama mu, Bolehkah aku tertidur di pangkuanmu seperti waktu kita kecil?”
“Ya, tidurlah”
Semakin lama aku sudah tidak merasakan denyut nadinya lagi. Aku hanya bisa menangis.
“Tidurlah Miyaki, Tidurlah dengan tenang. Aku akan selalu bersama mu. Aku tau kau akan selalu disampingku. Meski sekarang dunia kita telah berbeda, Aku tau kau akan selalu disampingku”
Sudah setahun berlalu sejak kejadian itu. Hari ini adalah musim gugur. Aku berjalan menuju sebuah batu nisan bertuliskan Miyaki Shinomita. Kuburan itu berhiaskan bunga-bunga disamping nya. Tepat di tengah batu nisan itu aku menaruh seikat bunga mawar. Aku juga melihat bola kaca itu di kuburan nya. Kuputar bola kaca itu. Bola kaca itu masih sama seperti dulu.
“Miyaki , Apa kabar? Kau tidak kesepian kan? Aku akan selalu mengunjungimu. Kau akan selalu ada di hatiku. Terima kasih ya karena telah menjadi sahabat ku untuk selama-lamanya.”
Setiap hari aku selalu mengunjunginya. Meskipun hujan atau apapun , aku tetap mengunjungi nya. Dia adalah sahabat ku untuk selama-lamanya.